{Part 2} Unbroken Love

Unbroken love

 

Author : Aprilia SapphireBlue {@April_Apple93}

Cast :

  • Cho Kyuhyun
  • Jung Yeon Joo

Support Cast :

  • Kang Minhyuk
  • Lee Jungshin
  • Noh Minwoo
  • Shim Changmin
  • Kim Hyunmi

 

Title : Unbroken Love (part 2)

Genre : Married life, Thriller .                                                             

Rating : PG 17

 

Sebenernya mau post ff ini minggu depan. Tapi karena akunya masih libur dan banyak yang minta next part-nya cepet dipost. Aku usaha banget buat selesain part ini. Maaf untuk typo yang masih bergentayangan hihihi 😀

Enjoy! Happy Reading!

 

***

 

Entah sudah berapa lama aku terkurung didalam gudang ini. Kurasa hari bahkan sudah pagi karena aku bisa melihat cahaya dari celah-celah lubang pintu diatas. Tubuhku lemas sekali dari semalam terus berteriak meminta pertolongan walaupun pertolongan itu tak kunjung datang. Alhasil aku lemas, hanya bisa berbaring sambil memegang perutku yang perih karena tidak diisi makanan apapun. Aku baru ingat sejak kemarin aku belum makan apapun karena terlalu kesal makan siang bersama Kyuhyun oppa batal, aku jadi lupa makan.

Masalahnya aku memiliki penyakit maag yang cukup akut. Jika sudah kambuh untuk berjalanpun aku kesulitan. Seandainya disini ada air putih aku bisa menahan laparku, sayangnya disini hanya ada debu yang sesekali membuatku batuk.

Ya Tuhan.. sampai kapan aku seperti ini? kumohon kirimkanlah seseorang untuk menyelamatkanku, aku sudah lemas sekali dan perutku terasa sakit.

Bagaimana jika aku mati disini? tidak keren sekali mati digudang jelek ini, sungguh menjijikan. Aku juga tidak mau Kyuhyun oppa berakhir menjadi duda untuk kedua kalinya, kasihan sekali lelaki itu menikah dua kali istrinya mati semua.

Kenapa aku berpikir sejauh itu?

Aku menatap kesekeliling gudang ini, berharap menemukan sesuatu yang bisa membantuku mengeluarkan suara, karena aku sudah lemas sekali hanya untuk bicarapun sulit. Tenggorokanku kering dan ruangan ini sangat pengap membuatku sulit bernafas.

Mataku menangkap sebuah balok kecil yang cukup panjang tak jauh dari posisiku. Akupun merangkak untuk menggapainya. Sambil merintih perih karena maag-ku yang kurasa semakin menjadi aku mengambil balok kayu itu dan memukul-mukulnya pada pintu dengan sisia tenagaku.

“Kumohon.. seseorang tolonglah aku..”

Aku terus memukul-mukul balok kayu itu pada pintu hingga kemudian aku mendengar suara derap langkah kaki. Harapanku muncul! Aku pun lebih keras lagi membuat suara agar orang itu bisa menyelamatkanku.

Dan benar saja pintu itupun akhirnya terbuka. Hatiku lega sekali bisa kembali melihat cahaya. Seorang ahjushi mengenakan seragam kebersihan, tergopoh-gopoh menghampiriku.

“Agashi mengapa bisa ada disini? agashi tidak apa-apa? Tadi didepan pintu aku menemukan sebuah tas, apa ini milikmu?”

Ahjushi itu membantuku untuk duduk dan kemudian menyerahkan sebuah tas berwarna biru muda. Aku sangat mengenalinya, itu tas miliku.

“Ne, itu miliku ahjushi.” Akupun memeriksa isinya, mengaduk-aduk dan melihat satu persatu barang miliku. Kemudian aku mendesah lega, karena semua miliku tidak ada yang hilang bahkan ponselku pun masih ada.

“Terima kasih ahjushi sudah menolongku, aku terkurung disini semalaman.”

“Ya Tuhan bagaimana bisa? Tempat ini sudah tidak terpakai dari dua tahun yang lalu. Kau pasti sesak nafas karena debu disini banyak sekali.”

“Ada seseorang yang mengunciku disini, aku tidak tau siapa dia.”

“Nanti aku akan melapor pada manajer bar ini. Apakah sekarang agashi bisa berdiri?”

Aku menggeleng pelan. Aku yakin jika memaksakan berdiri dan berjalan aku hanya bisa satu atau dua langkah saja. Maag-ku sudah tidak tertahankan lagi.

“Ahjushi bisakah kau menelepon seseorang untukku. Aktifkan saja ponselku ini dan hubungi seseorang disana.”

Ahjusi itu mengangguk dan dengan cepat mengaktifkan ponselku. Lalu tidak lama kemudian terdengar suara deringan beberapa kali tanpa jeda. Sepertinya banyak sekali yang mencariku.

“Banyak sekali yang menelepon dan mengirimkan pesan pada agashi dari semalam.”

“Tolong telepon nomor yang paling banyak menghubungiku, ahjushi.”

Aku yakin itu pasti Minhyuk dan Jungshin, mereka pasti sangat mencemaskanku karena aku hilang begitu saja.

Yeoboseyo? Tuan Cho Kyuhyun-sshi?”

Aku memejamkan mataku kesal. Kenapa dari sekian banyak nomor yang menghubungiku ahjushi itu justru menelepon Kyuhyun oppa? Jika dia yang menyusulku kemari, yang ada aku habis diomeli olehnya. Istri yang pembangkang, berkeliaran dibar sampai tidak pulang kerumah dan segala macam ocehannya yang malas kudengar.

“Saya menemukan agashi pemilik ponsel ini di Bar Lion Jump daerah kawasan Hongdae. Dia tampak dalam keadaan tidak baik. Haruskan saya memesankan taksi atau anda yang akan menjemputnya?”

“…..”

Ne, algeuisemnida. Saya akan menjaga agashi ini hingga anda datang.”

Aku hanya menatap sayu ahjushi itu yang kini sudah menyerahkan ponselku kembali.

“Dia akan menjemputmu agashi. Apakah saya menelepon orang yang salah? saya takut anda tidak mengenal pria itu. Tapi panggilan didalam ponsel anda menunjukan bahwa pria itu telah menelepon hingga 112 kali. Panggilan yang paling banyak.”

Sebanyak itukah? Aku harap dia benar-benar mencemaskanku bukan karena rasa tanggung jawabnya.

“Ahjushi tidak salah. Pria itu adalah suamiku.”

Ahjushi itu terkejut mendengar ucapanku. “Agashi telah memiliki suami? Aku sempat berpikir kau adalah siswa sekolah. Kau tampak begitu muda untuk usia wanita yang sudah menikah. Pantas saja tadi suamimu itu terdengar begitu panik, dia pasti sangat mencemaskan agashi.”

Aku hanya bisa tersenyum mendengarnya. “Sekali lagi terima kasih ahjushi sudah menolongku.”

“Mari saya bantu berdiri agashi, sebaiknya anda berbaring diruangan sebelah saja. Disana ada sofa yang cukup besar, akan kusiapkan teh hangat untukmu. Kau tampak belum memakan apapun.”

“Terima kasih.”

Saat aku akan bangkit dengan bantuan ahjushi tiba-tiba saja kakiku seperti jelly yang tidak bisa menopang berat tubuhku. Aku kembali ambruk dan kali ini kegelapan mulai menelanku dengan pasti.

 

“Agashi!!”

 

***

 

Aku mengerjapkan kedua mataku dengan pelan. Rasa lemas dan menusuk diperutku begitu terasa sekali. Aku baru ingat bahwa sebelumnya aku telah pingsan. Aku menatap kesekeliling, ternyata aku sudah berada didalam kamarku dan mendapati Kyuhyun oppa dan Changmin berdiri dalam posisi memunggungiku. Mereka tampak sedang membicarakan sesuatu dan sepertinya tidak menyadari aku telah terbangun.

“Kau sudah melacaknya?” tanya Kyuhyun oppa pada Changmin.

“Sudah dan nomornya tidak dapat dilacak bahkan terdaftarpun tidak.”

Apa yang sebenarnya mereka bicarakan? Kyuhyun oppa sedang melacak nomor siapa?

“Aku yakin semua ini berkaitan. Aku juga mendapat pesan yang sama dengan Yeon Joo. Seseorang mungkin telah melakukan terror pada kami.”

Pesan? Pesan yang mana? Apa pesan yang kupikir spam itu? jadi Kyuhyun oppa juga mendapatkannya?

“Aku akan berusaha mencari tau lebih dalam.”

“Kita harus segera menemukan pelakunya sebelum semuanya semakin parah. Aku yakin ini akan sangat berbahaya.”

“Aku mengerti. Sekarang aku akan kembali ke kantor. Hari ini kau akan cuti bukan?”

“Aku tidak bisa meninggalkan Yeon Joo, setelah sadar nanti dia mungkin akan ketakutan.”

“Baiklah. Jaga istrimu baik-baik jangan terus mengomelinya.”

“Pergilah.”

Aku mendengar suara kekehan Changmin lalu suara pintu kamarku terbuka dan kemudian tertutup kembali. Changmin sudah pergi. Aku sendiri sengaja berpura-pura tertidur, menghindari omelan Kyuhyun oppa yang menyebalkan itu. Soal pesan dan teror itu akan kutanyakan nanti padanya. Aku sebenarnya sangat penasaran tapi jika kutanyakan bukankah akan berdampak buruk padaku juga? Kyuhyun oppa mungkin tidak akan membiarkanku keluar lagi bersama teman-temanku. Ia pasti akan memperketat pengawasannya.

Itu sungguh menyebalkan. Aku tidak bisa membayangkan akan dikurung seharian didalam apartemen tanpa seorangpun yang menemani. Aku tidak mau.

Aku masih berpura-pura tidur ketika tiba-tiba saja tubuhku seperti ditarik kedalam pelukan seseorang. Jika dicium dari aroma tubuhnya, yang memelukku kini adalah Kyuhyun oppa. Tentu saja memangnya siapa lagi yang ada dikamar ini. Tapi mengapa ia tiba-tiba memelukku seperti ini? setelah maag mungkin aku akan terserang penyakit jantung.

Kubuka mataku sedikit, agar Kyuhyun oppa tidak tau kebohonganku ini. Jika tau, dia pasti akan marah.

Yang pertama kulihat adalah lekukan lehernya yang putih susu itu dan juga adam apple-nya yang terlihat turun naik. Ya Tuhan.. dia sexy!!

Kyuhyun oppa memelukku dengan posisi berbaring, dagunya ia letakan dipuncak kepalaku. Pelukannya begitu hangat dan cukup erat. Seolah ingin meyakinkan dirinya sendiri bahwa aku memang ada disini, berada didekatnya.

Aku segera memejamkan mataku lagi ketika ia mulai mengelus sebelah pipiku dengan punggung tangannya. Dan aku hampir berjengit bahkan terlonjak ketika ia mengecup bibirku dengan pelan. Untung saja aku masih bisa mengendalikan tubuhku sendiri, sehingga kini aku mungkin masih terlhat seperti orang yang terlelap dalam tidurnya.

Dia mengecup-ngecup bibirku dengan lembut kemudian memberiku satu lumatan yang paling membuat hatiku bergetar. Aroma nafasnya yang bau mint segar itu membuatku benar-benar mabuk.

Dia sebenarnya kurang ajar karena sudah mencuri ciuman selagi aku tidur. Tapi mengingat dia suamiku dan berhak apapun tentang aku, akhirnya kubiarkan saja. Lagipula aku juga menyukainya. Hihihi!

Setelah mengakhiri ciumannya ia kembali memberiku ciuman dikening. Dalam dan hangat. Kemudian kurasakan ia mengubur hidungnya dihelaian rambutku. Tangannya bahkan menarik pinggangku lebih erat.

Sikapnya benar-benar berbeda memperlakukanku ketika aku sedang sadar. Jika dia seperti ini aku jadi merasa bahwa dia mencintaiku lebih dari seorang adik. Tapi aku tetap tidak mau mempercayainya, aku tidak mau terhanyut jika pada akhirnya dia kembali dingin padaku. itu akan sangat menyakitkan. Aku tidak mau berharap terlalu jauh.

“Terima kasih untuk tidak terluka dan kembali padaku disini.” ucapnya yang terdengar seperti bisikan.

Ya Tuhan.. ucapannya itu membuat hatiku bergetar. Aku senang mendengarnya. Itu artinya keberadaanku cukup berarti untuknya. Karena tidak tahan berpura-pura tidur lagi, akhirnya aku putuskan untuk bangun. Dengan pelan aku membuka mataku, seolah aku baru saja sadar dari pingsanku.

Aku bergerak pelan dan merintih karena maag-ku kembali terasa. Ouuhh.. aku butuh sesuatu yang hangat dan obatku.

“Oppa..” lirihku pelan.

Kulihat dia segera mengendurkan pelukannya dan menatapku dalam-dalam.

“Kau baik-baik saja?” tanyanya cemas.

Aku menggeleng pelan sambil memegang perutku.

“Maag-ku kambuh, sakit sekali. Aku bahkan tidak mampu berjalan.” Aku mencoba mengibanya agar tidak diomeli. Lagipula aku memang tidak berbohong.

“Aku sudah memanggil dokter tadi sebelum kau sadar. Dokter bilang kau kehilangan banyak cairan dan dia juga memberikan obat untuk maag-mu.”

Kyuhyun oppa beranjak dari posisinya, mengambilkan obat untukku. Walaupun sebenarnya aku tidak rela melepaskan pelukannya.

“Minumlah obatnya, aku akan membawa makanan untukmu kemari.”

Setelah membantuku meminum obat dia turun dari tempat tidur dan berjalan menuju pintu. Namun sebelum keluar ia tiba-tiba saja berhenti lalu berbalik menatapku.

“Setelah makan kita harus bicara. Kau harus menjelaskan banyak hal padaku.”

 

Aku menelan salivaku dengan berat. Ya tuhan matilah aku! Dia pasti akan mengomeliku!

 

***

 

Beberapa menit kemudian Kyuhyun oppa datang membawa makanan. Dan semuanya adalah makanan kesukaanku. Ada ayam goreng tepung, sup rumput laut yang dicampur dengan daging kepiting, telur gulung isi daging cincang dan juga kimchi. Perutku sudah tak sabar ingin menampung semua makanan itu. Semuanya masih hangat, terlihat dari uapnya yang masih mengepul.

“Waahhh..” ucapku dengan mata berbinar. “Apa oppa yang membuat semua ini untukku?”

“Tidak. Eomma datang kemari tadi sebelum kau sadar dan membawakan makanan. Ia mencemaskanmu tapi karena ada urusan lain yang tidak bisa ditinggalkannya, dia pulang sebelum kau terbangun.”

“Ahh.. eommonim..” sejak dulu ibu Kyuhyun memang sangat menyayangiku. Mungkin jika aku boleh berpendapat, beliau lebih menyayangiku dari pada Yeon Mi eonni. Aku masih ingat saat pernikahan mereka, eomonim justru menangis saat mendatangiku dan meminta maaf padaku. Padahal aku tidak mengerti dia meminta maaf untuk apa. Seharusnya dia bahagia dihari pernikahan puteranya, tapi kala itu aku melihatnya begitu murung dan tak mau melepaskan genggaman tangannya ditanganku.

Kyuhyun mendekatiku lalu meletakan meja kecil diatas tempat tidurku yang berisi makanan itu.

“Makanlah.” Ucapnya datar. Aku berdecih pelan karena dia kembali pada sikapnya yang menyebalkan itu.

“Oppa eoddiga?”

“Aku harus menyelesaikan pekerjaanku.”

Lagi-lagi pekerjaan. Selalu mengindariku dengan pekerjaannya. Tidak bisakah dia sedikit memanjakan istrinya yang sedang sakit ini?

“Tapi aku tidak kuat makan sendiri. Suapi, eoh..” ucapku merajuk, biar saja sesekali manja pada suami sendiri.

“Jangan manja, kau hanya maag.”

Dia tidak tau saja bagaimana sakitnya penyakit yang suka dianggap sepele ini menyerang. Aku sudah sering mengalaminya hingga bertahun-tahun, bahkan tidak bisa berjalan karena menahan sakit. Maka dari itu aku sangat menjaga pola makanku. Tapi sekarang aku sakit juga karena dia. Hanya menyuapiku saja dia tidak mau. Aku ingin menangis rasanya. Setiap sedang sakit mengapa aku selalu sesensitif ini?

Dengan mata berkaca-kaca aku mencoba duduk dengan tegak. Sesekali meringis setiap kali sakitnya berjengit. Aku menahan rintihanku dan mencoba untuk tidak terlihat lemah. Menyebalkan sekali jika akhirnya dia membantuku karena iba atau terpaksa. Bukan karena dia tulus membantuku dan menyayangiku.

Aku menyuapi nasi sedikit demi sedikit. Seharusnya aku memakan makan halus dulu tapi karena eomonim sudah membuatkan makanan ini dengan susah payah, aku harus menghabiskannya. Aku mungkin hanya harus mengunyahnya lebih lembut.

Tapi bagaimana jadinya jika baru satu suap saja aku sudah merasa mual?

Tenggorokanku sakit karena menahan batuk dan aku hampir tersedak. Buru-buru menyingkirkan selimut dan meja itu untuk segera berlari kekamar mandi, aku ingin muntah. Tapi tiba-tiba saja Kyuhyun oppa menahanku dan mengulurkan tangannya didepan mulutku.

“Muntahkan.” Ucapnya sambil menatapku. Dia meminta memuntahkan makanan yang ada didalam mulut ketangannya? Yang benar saja, itu sangat menjijikan!

Aku menggelengkan kepalaku, masih mencoba mendorongnya untuk menyingkir agar aku bisa berlari kekamar mandi.

“Muntahkah disini saja Yeon.”

Karena tidak kuat lagi menahannya, akhirnya aku muntah disana. Tidak banyak memang hanya makanan yang barusan aku makan saja.

Kyuhyun oppa meraih beberapa tissue, mengelap tangannya lalu pergi menuju kamar mandi. Dia mungkin akan membersihkan tanganya itu.

Tak lama dia sudah kembali dan berjalan mendekatiku lalu meraih segelas air dan menyerahkannya padaku.

“Minumlah. “ aku pun menerimanya dan meminumnya. Air sungguh membantu mengurangi rasa sakit ditenggorokanku.

“Pelan-pelan.”

Aku tersenyum padanya dan menyerahkan gelas yang sudah kosong itu. kukira setelah itu Kyuhyun oppa akan pergi meninggalkanku tapi ternyata dia duduk disampingku, diatas tempat tidur ini dan mengambil alih makananku.

“Oppa akan menyuapiku?”

“Hmm.”

“Karena kasihan? Terpaksa atau karena tulus menyayangiku?”

Dia tidak menjawabnya. Tangannya dengan cekatan mencampur makanan itu agar aku dengan mudah menelannya.

“Aku tidak mau makan jika oppa hanya terpaksa menyuapiku.”

Dia menghela nafasnya. Mungkin kesal dengan sikapku yang menyebalkan ini. Biar saja, dia juga menyebalkan!

“Makan dan jangan banyak bicara.”

Aku mendengus sebal. Percuma juga memaksanya, dia pasti tidak akan mau menjawab. Aneh sekali dia itu, saat aku tidak sadar saja dengan berani mencuri kesempatan menciumku. Tapi sekarang kembali memasang tembok diantara kami.

Dengan suka rela aku makan dengan tangannya yang menyuapiku dan anehnya lagi kali ini aku sama sekali tidak muntah. Heol~

“Oppa.. bolehkah aku bertanya?”

“Hmm.”

Cih, tidak adakah kata-kata ya lain selain gumamannya itu?!

“Apa oppa juga mendapat pesan terror yang kudapat kemarin?”

Dia berhenti menyuapiku, sesaat matanya tampak kosong lalu kembali dingin.

“Jangan pikirkan soal itu, semuanya akan baik-baik saja.” Ucapnya tenang.

“Apa pesan itu ada kaitannya dengan orang yang mengurungku digudang?”

“Kau melihat pelakunya?”

Aku menggeleng. “Dia sangat cepat, seperti tangan propesional. Orang itu menarik tasku lalu mendorongku kegudang itu hingga terjatuh kemudian mengunci pintunya. Aku tidak sempat melihat wajahnya, bahkan aku tidak tau dia itu pria atau wanita. Tapi mengingat kuatnya tenaganya itu sepertinya dia seorang pria.”

Kyuhyun oppa hanya diam mendengarkanku, seolah perkataanku itu sedang dicernanya sebaik mungkin didalam kepalanya.

“Jika itu pencurian, mengapa dia tidak mengambil tasku dan meninggalkannya diluar begitu saja. Bahkan ponselku pun masih ada. Aku yakin dia memiliki motif lain. Tapi apa hubungannya denganku? Aku merasa tidak memiliki musuh, oppa.”

Tanpa kuduga, Kyuhyun oppa menarikku lalu memelukku. Ia menghela nafasnya beberapa kali. Seolah ingin mengeluarkan sebuah beban didalam hatinya.

“Kau pasti ketakutan. Maafkan aku..”

Jika dia selembut ini aku jadi ingin menangis. Semalam aku memang ketakutan, ruangan itu begitu gelap dan aku takut ada orang lain ditempat itu yang mungkin akan mencelakaiku. Tapi syukurlah apa yang kutakutkan tidak terjadi. Tanpa sadar aku bersandar dibahu Kyuhyun dan terisak pelan disana. Ia hanya membelai lembut kepalaku.

“Sudah, jangan menangis. Sekarang kau sudah ada dirumah dan tidak ada yang akan mencelakaimu disini. sekarang habiskan makanannya.”

Aku pun kembali melanjutkan makanku sambil terus bersandar dibahunya.

“Ahh dan satu lagi. Kau tidak boleh keluar tanpa seijinku dan jangan pergi bersama lelaki walaupun itu adalah temanmu. Kau mengerti?” ucapnya tegas yang langsung kutanggapi dengan anggukan kepala. Kali ini aku harus menurut padanya demi kebaikanku.

“Tapi mengapa oppa tidak mencariku? Jelas-jelas aku tidak pulang seharian kemarin?”

Ia menghela nafasnya. “Aku lembur hingga pukul 3 pagi, banyak sekali pekerjaan yang harus diselesaikan. Aku meneleponmu beberapa kali dan ponselmu tidak aktif, lalu aku menelepon salah satu temanmu. Dia bilang kau sudah pulang kerumah. Tapi saat aku pulang kau justru tidak ada.”

Aku menggernyit. “Siapa yang memberitahu aku sudah pulang?”

“Yang jelas salah satu temanmu, aku tidak tau siapa namanya karena aku hnaya menyimpan nomornya saja.”

“Apa boleh kulihat ponselmu oppa?”

Kyuhyun oppa tiba-tiba menegang. “Tidak.” Ucapnya tegas.

Aku semakin bingung dengan sikapnya. “Aku hanya ingin melihat nomor itu.”

“Akan kubacakan saja nomornya.” Ucapnya sambil meraih ponselnya, tapi dengan cepat aku merebutnya.

“Kenapa repot-repot aku bisa melihatnya langsung.”

Kulihat ponselnya sudah terbuka kode kuncinya, karena memang sebelumnya Kyuhyun oppa akan membacakannya sendiri. Tapi aku langsung tertegun melihat wallpaper utama ponselnya itu.

Mengapa dia menggunakan fotoku sebagai wallpapernya?

.

Yeon Joo

 

.

 

Aku membeku sesaat hingga tak menyadari dia telah merebut kembali ponselnya. Aku meliriknya dengan tatapan penuh tanya, sedangkan dia berdehem dengan gugup.

“Aku tidak percaya oppa menggunakan fotoku sebagai wallpaper ponselmu.” Aku tersenyum geli melihat ekspresinya.

“Aku .. hanya tidak sengaja mengaturnya.”

Sebenarnya foto itu sudah lama sekali. Saat itu aku masih sekolah dan usiaku kira-kira 16 atau 17 tahun. Foto itu diambil pada saat Kyuhyun oppa tiba-tiba saja mengajakku keluar dan itu sebelum keberangkatannya ke Amerika untuk kuliah. Mengapa dia masih menyimpannya?

“Sudah lanjutkan makanmu! Jangan berpikir yang tidak-tidak.”

Diam-diam aku tersenyum dalam hatiku. Kupikir selama ini Kyuhyun oppa pasti akan memasang foto Yeon Mi eonni sebagai kenangan diponselnya dan menjadikannya wallpaper. Hal kecil yang sebenarnya manis jika kita pikirkan maksudnya, Seperti dia ingin melihat wajahku setiap saat lewat ponselnya itu.

Aku mencoba menahan senyumanku karena dia biasanya akan marah jika aku menggodanya, jadi aku diam saja.

“Coba sebutkan nomornya oppa.”

Kyuhyun oppa menyebutkan nomor itu dan aku memeriksanya diponselku sendiri. Ini aneh sekali, yang dihubungi Kyuhyun oppa adalah nomornya Minhyuk?

“Dia benar temanmu itu bukan? yang mengajakmu ke Bar itu?”

Aku mengangguk dengan pelan. Tapi apa maksudnya ini? mengapa Minhyuk berkata bahwa aku sudah pulang? Jelas-jelas aku hilang disana, apa mereka juga tidak mencariku?

“Aku akan meneleponnya dan menanyakan maksud perkataannya itu.”

Sebelum sambungan teleponnya tersambung Kyuhyun oppa dengan cepat merebut ponselku.

“Jangan sekarang, kau harus istirahat. Setelah kau tidur nanti akan kuhubungi dia untuk datang kemari.”

“Tapi–“

“Tidak ada tapi-tapi, sekarang berbaring.”

Kyuhyun oppa membereskan piring-piring yang sudah kosong lalu menyelimutiku. Dia jika sudah memerintah benar-benar menyebalkan.

“Tidurlah.”

Tapi aku merasa belum mengantuk. Lagipula perutku rasanya tidak enak, terasa kembung. Aku memegang perutku dengan tidak nyaman.

“Kenapa lagi?”

Aku tidak menjawabnya dan hanya mencoba memejamkan mataku, menurut padanya untuk tidur. Namun tidak lama kemudian Kyuhyun menyibak selimutku bahkan menarik kaos tidurku, hingga perutku terlihat.

“Oppa!”

“Diam saja, dan cobalah tidur.”

Dia ternyata membalurkan minyak angin diperutku, mengoleskannya dengan merata diperutku. Rasanya hangat. Nyaman sekali, lama-lama aku jadi mengantuk.

“Oppa jangan pergi, temani aku hingga tertidur.” Ucapku saat melihatnya akan pergi. “Berbaringlah disampingku. Aku masih takut dan terus teringat dengan kejadian semalam.” Sebenarnya itu hanya akal-akalan ku saja agar dia mau menemaniku tidur.

Dia ternyata menurut dan langsung berbaring disampingku. Aku tersenyum penuh kemenangan. Mimpi apa aku semalam dia begitu menurut padaku hari ini, mungkin karena aku sedang sakit saja dia seperti ini.

Akupun segera memeluk pinggangnya dan menyandarkan kepalaku didadanya, mencoba memejamkan mataku dan rasa kantuk itu mulai menyerang. Aku mulai tenggelam kealam mimpi, tapi rasanya aku masih bisa mendengar suara Kyuhyun oppa menggumamkan sesuatu ditelingaku.

 

“Tidurlah sayang…”

 

***

Yeon Joo-ya maafkan eonni.. maafkan eonni..

Kumohon maafkan eonni..

 

Aku terbangun dengan peluh yang membasuhi tubuhku. Lagi-lagi mimpi itu, mimpi yang sama dalam beberapa waktu terakhir. Didalam mimpi itu Yeon Mi eonni datang padaku dan terus meminta maaf. Aku sungguh tidak tau apa maksud dari permintaan maaf itu. Maaf untuk apa?

Jika hanya sekali atau dua kali aku bermimpi yang sama aku tidak akan memikirkannya. Tapi kali ini sudah hampir satu minggu aku memimpikan hal yang sama.

Aku menoleh kesamping dan sudah tak menemukan Kyuhyun oppa lagi disana. Dia selalu terbangun sebelum aku. Dengan badan yang masih lemas, aku memilih bangun dari tempat tidur dan keluar kamar sambil mengirimkan pesan pada Minhyuk dan Jungshin untuk datang ke apartemenku. Aku harus mendapat konfirmasi dari mereka.

Saat aku berjalan menuju dapur untuk mengambil segelas air, sayup-sayup aku mendengar suara tawa seseorang. Yang membuatku penasaran adalah suara tawa itu terdengar seperti suara wanita. apakah sedang ada tamu? Tapi mengapa Kyuhyun oppa mengajaknya kedapur?

Cepat-cepat aku berjalan menuju dapur dan saat aku melihatnya, aku bersumpah ingin menjambak rambut pirang wanita itu ketika ia masih saja tertawa sambil bersandar dibahu Kyuhyun. Apa yang sebenarnya mereka tertawakan? Aku sedang sakit begini mereka malah tertawa-tawa. Benar-benar tidah sopan.

“EHEM!” suaraku ternyata berhasil membuat mereka menoleh. Sabrina tersenyum padaku. Maaf saja aku tidak akan membalas senyumanmu, aku tidak pernah menyukai wanita yang suka menempel-nempel pada suamiku. Tak terkecuali dia!

“Yeon Joo-sshi kau sudah bangun rupanya. Duduklah kita makan, aku sudah memasak makanan yang enak.”

Cihh, tingkahnya sudah seperti dialah nyonya dirumah ini. Memangnya dia siapa seenaknya memasak didapurku, menyentuh bahan-bahan makanan yang baru kemarin aku beli belum lagi duduk berdampingan dengan Kyuhyun oppa.

Tidak bisakah satu hari saja tidak ada wanita lain yang menempel pada suamiku?

Aku memilih tak mempedulikannya, terus berjalan menghampiri lemari es, mengambil jus jeruk kesukaanku.

“Jangan minum yang asam-asam dulu, ambil susu saja.” Aku tetap tidak peduli dengan perkataan Kyuhyun oppa. Dengan santai, aku menuangkan jus jeruk itu kedalam gelas dan meminumnya hingga habis.

“Aku tidak akan merawatmu jika kau sakit lagi.”

Aku mendengus mendengar ancamannya itu. “Masih banyak rumah sakit yang bersedia menampung gadis cantik seperti aku. Kau tidak usah khawatir oppa!”

Aku melirik Sabrina yang hanya menatap kami dengan geli. Memang apanya yang lucu?

Mereka berdua sama saja mengaggap remeh aku. Dan Kyuhyun oppa selalu tidak pernah peka, bahwa selama ini aku tidak pernah menyukai dia berdekatan dengan wanita lain. Jika dia masih begitu sifat pembangkangku pasti akan keluar.

Aku meninggalkan mereka berdua dan memilih berjalan menuju sofa, menyalakan televisi. Aku ingat acara kesukaanku biasanya sedang tayang dijam-jam begini.

Sedang asyiknya menonton tiba-tiba saja Kyuhyun oppa mematikan tv dan menatapku tajam.

“Makan dulu. Aku tidak mau kau sakit lagi karena melewatkan jam makanmu.”

Aku menatapnya kesal. Tidakkah dia mengerti bahwa aku tidak sudi memakan masakan wanita itu?

“Mengapa aku harus makan masakannya? Aku bisa memasak dan mencari makan sendiri jika aku lapar.”

“Aku yang meminta Sabrina datang kemari dan memasak. Kau tau sendiri aku tidak suka makanan delivery.”

“Kalau begitu oppa saja yang makan. Aku tidak lapar!”

“Jangan bersikap manja. Kau bukan lagi tuan putri yang meminta makan sesuai dengan keinginannmu, jangan samakan disini seperti dirumahmu dulu. Seharusnya kau belajar mandiri. Kau seorang istri sekarang yang seharusnya melayani suamimu!”

Aku bangun dari sofa, berdiri dihadapannya. Lalu dengan kesal aku membanting remote tv yang sejak tadi masih ada digenggamanku. Aku benar-benar tidak terima dia mengataiku manja dan seolah aku tidak becus melayani kebutuhannya. Bukankah selama ini dia yang mengabaikanku tiap kali aku mengajaknya makan bersama? Seharusnya dia mengerti sekarang bagaimana rasanya diabaikan.

“Manja? Jika aku memang manja, sudah sejak lama aku memintamu mempekerjakan seorang pembantu disini untuk mengurusi semuanya. Jika aku manja, setiap pagi aku pasti akan merengek padamu untuk mengantarkanku kuliah atau membelikanku mobil. Tapi bukankah selama ini aku rela hanya naik bus bahkan menumpang pada teman-temanku hanya untuk berangkat kuliah? Dan lagi, aku tidak merasa sebagai seorang tuan putri. Sejak dulu pun tidak pernah. Jika memang aku seorang tuan putri, bukankah setidaknya aku menikahi pangeran baik hati yang sangaaaaatttt mencintaiku!”

Aku bisa melihat Kyuhyun oppa mengerjap tak percaya lalu tersenyum miring. Dia benar-benar menyebalkan! Aku mencoba melewatinya dengan menendang meja rendah yang ada dihadapanku hingga meja itu terguling disampingnya. Aku pergi melewatinya dan cepat-cepat mengambil hoodie-ku.

TING TONG

 

Bersamaan dengan itu suara bel apartemen ku berbunyi. Sepertinya Jungshin dan Minhyuk sudah datang. Aku mengabaikan Sabrina yang sejak tadi memperhatikan kami dipintu dapur dan segera membuka pintu apartemenku.

Benar saja kedua sahabatku itulah yang datang.

“Yeon Joo-ya anyeong!!” Jungshin dan Minhyuk memelukku bergantian.

“Ya! Suamimu bilang kau tidak pulang semalaman? Kemana saja kau?” tanya Minhyuk.

“Nanti saja kujelaskan. Sekarang sebaiknya kita pergi dari sini.”

Wae? Kami baru saja sampai. Setidaknya bilang dulu pada suamimu itu nanti kami yang diomeli.” Jungshin menahanku saat aku akan mendorongnya keluar.

“Tidak perlu. Dia sedang memadu kasih didalam.”

Mwo? Dengan siapa?”

“Sudah jangan banyak bertanya! Ayo kita pergi saja!”

Saat aku , Jungshin dan Minhyuk keluar tiba-tiba saja Kyuhyun oppa menahan tanganku. Tatapannya begitu tajam dan bibirnya memberengut.

“Kau tidak boleh pergi! Siapa yang mengijinkanmu pergi, huh! Apa kau tidak trauma dengan kejadian semalam? Bagaimana jika kau diculik dan dikurung lagi disuatu tempat!”

“Aku bersama Minhyuk dan Jungshin! Aku tidak akan memisahkan diri lagi dengan mereka!”

“Tetap tidak boleh! Kau harus dirumah!”

“Jika oppa ingin aku tetap dirumah, seharusnya oppa tidak meminta wanita lain datang keapartemen dengan alasan apapun. Jika oppa bisa mendatangkan wanita kemari tanpa seijinku, mengapa aku tidak bisa pergi tanpa ijin darimu? Bukankah kita impas? Tanpa meminta ijin satu sama lain?”

“Sabrina adalah sahabatku.” Desisnya tajam.

“Minhyuk dan Jungshin juga sahabatku.” Ucapku tak mau kalah.

Aku bisa melihat kekesalan dipancaran matanya. Tapi aku tidak peduli dan aku tidak takut. Biar saja aku kembali membangkangnya, dia saja tidak pernah menjaga perasaanku mengapa aku harus menurut padanya? buang-buang waktu saja.

Aku pergi meninggalkannya sambil menarik kedua tangan sahabatku, terserah dia mau apa nanti aku tidak peduli. Dengan kesal aku menekan tombol lift dan segera masuk kedalamnya, diikuti Minhyuk dan Jungshin yang masih menatapku dalam diam.

Aku mengela nafas sambil bersandar didinding lift. Mencoba menenangkan kekesalanku yang selalu memuncak jika sudah berdebat dengan Kyuhyun oppa. Bertahun-tahun aku mengenalnya, kukira aku telah mengenalnya dengan baik luar dan dalam. Tapi ternyata itu bukan batas ukur mengetahui pribadi asli seseorang. Aku mungkin memang tidak tau apa-apa tentangnya, setelah menikah sifat aslinya baru kulihat.

Aku benar-benar pusing memikirkan kepribadiannya itu. Sungguh, aku melihatnya dengan jelas pribadinya tidak berbeda sama sekali dengan yang dulu saat dia menikahi Yeon Mi eonni. Tapi mengapa denganku dia selalu tempramental? Pembicaraan kami hanya akan berujung pada pertengkaran.

Jika aku diam saja dan hanya mendengarkan omelannya yang belum tentu benar tentang aku, aku seperti diinjak-injak olehnya. Aku tidak mau. Aku tidak mau terlihat lemah didepannya. Akan sangat memalukan jika aku lemah karena aku mencintainya.

Dia tidak boleh tau tentang perasaanku ini.

“Yeon Joo-ya, sikapmu tadi sebenarnya salah ketika bicara dengan suamimu. Kau terlihat tidak sopan. Tapi kuakui, kau… sangat keren!” Jungshin terkekeh sambil mengangkat 2 ibu jarinya padaku.

Aku hanya tersenyum kecil padanya.

“Tapi.. kau yakin tidak apa-apa meninggalkan suamimu berdua saja dengan wanita didalam sana?” tanya Minhyuk.

Pintu lift terbuka dan kami pun keluar dari lift.

“Jika dia berani berbuat yang macam-macam disana, aku akan membunuhnya.”

 

***

 

Udara sore yang sejuk membuatku betah berlama-lama duduk disebuah bangku kayu didepan danau yang sering kami datangi. Tempatnya sangat sejuk, sesekali aku , Hyunmi, Minhyuk dan Jungshin berkumpul disini untuk sekedar melepas penat setelah selesai kuliah.

Kali ini pun aku ingin melepas kepenatan dan beban hatiku yang terasa menjengkelkan. Untungnya kedua sahabatku ini bersedia menemaniku. Setelah membeli makanan yang cukup banyak disebuah restoran, kami memutuskan untuk menyantapnya disana.

“Kau terlihat lahap sekali Yeon? Tidak biasanya?” Minhyuk tersenyum geli melihatku memakan kimbab dan sushi sekaligus kedalam mulutku, hingga mulutku penuh.

“Maklumi saja Minhyuk-ah, dia sedang stress!”

Aku menelan makanan itu dengan susah payah, lalu teringat dengan niatku meminta mereka mendatangiku.

“Minhyuk-ah benarkah kau yang mengirimkan pesan pada Kyuhyun oppa bahwa aku sudah pulang duluan malam itu?”

Minhyuk mengangguk pasti. “Kau sendiri yang mengirimkan pesan padaku. isinya ‘Aku pulang lebih dulu, jangan mencariku.’ Bahkan Jungshin juga mendapatkan pesan yang sama denganku. Lihat ini! ini benar nomormu kan?”

Minhyuk menyerahkan ponselnya padaku dan memperlihatkan isi pesan itu. Dan memang benar pesan itu dikirim dari nomorku.

“Awalnya kami tidak percaya bahwa kau sudah pulang. Lalu aku mencoba menunggumu didepan toilet wanita, tapi kau tidak keluar-keluar. Jadi kupikir kau memang benar sudah pulang.”

Aku terdiam sesaat setelah mendengar penjelasan Minhyuk. Sebenarnya siapa orang yang telah mendorongku kegudang? Orang itu bahkan tau aku dan kedua sahabatku itu pergi bersama-sama dan mengirimkan pesan untuk tidak mencariku.

“Sebenarnya apa yang terjadi Yeon? Mengapa kau tidak pulang semalaman? Kau ada dimana?”

Akupun menceritakan apa yang terjadi sebenarnya malam itu pada mereka. Semuanya tanpa terlewatkan.

“Ini aneh sekali? Apa kau sedang bertengkar dengan seseorang atau memiliki musuh? Niat orang itu sepertinya murni untuk mencelakaimu, bukan untuk mencuri isi dalam tasmu.” Ucap Jungshin.

“Aku juga beranggapan begitu. Sebenarnya aku pernah dikirimkan sebuah pesan aneh yang tidak kuketahui dari siapa. Nomornya bahkan diprivat.”

“Apa isi pesan itu?” tanya Minhyuk.

“Pergi atau Mati..”

Kedua sahabatku tampak tegang. Mereka menatapku tak percaya.

“Yeon.. ini seperti sebuah teror. Apa maksudnya dengan pergi? Pergi dari siapa? pergi kemana? Pesan itu seperti memberikanmu sebuah pilihan. Jika kau pergi kau tidak akan mati dan jika kau tidak pergi kau akan mati.”

“Ya! Minhyuk-ah jangan menakut-nakutiku!”

“Kau sudah memberitahu Kyuhyun tentang ini?” tanya Jungshin.

“Aku tidak yakin tapi sepertinya dia sudah tau.” Aku menunduk. Persaanku jadi tidak enak. Bagaimana jika memang benar orang itu sedang menerorku dan akan membunuhku?

“Sekarang yang kita harus pahami adalah maksud dari pesan itu. Kita harus mencari tau bahwa kau harus pergi dari siapa agar bisa menyelamatkan nyawamu itu.” Ucap Minhyuk.

“Apakah pergi dari Kyuhyun?”

Aku menoleh dengan cepat pada Jungshin. Pergi dari Kyuhyun? walaupun aku sering bertengkar dengannya, membayangkan pergi meninggalkannya. Aku belum bisa untuk saat ini. Aku butuh perlindungan dan hanya Kyuhyun oppa yang bisa memberikannya.

“Eiiyy itu tidak mungkin. Jika memang aku harus pergi dari Kyuhyun oppa, seharusnya teror itu dikirimkan sejak dulu saat awal-awal pernikahanku dengannya. Bukan setelah 6 bulan berlalu seperti saat ini.”

“Benar juga. Lalu pergi dari siapa?” Jungshin kembali bingung dengan ucapannya sendiri.

“Sebaiknya kita tunggu saja untuk beberapa lama. Siapa tau orang itu akan mengirimkanmu pesan lagi dan mungkin kali ini kita bisa mendapat petunjuk yang lebih.” Saran Minhyuk.

Aku mengangguk menyetujuinya.

“Yang harus kau lakukan saat ini adalah berhati-hati dan jangan pernah berpergian sendirian.”

Araseo..”

 

Setelah makanan kami habis. Kami bertiga pun berjalan ke café terdekat untuk membeli minuman. Aku duduk bersama Minhyuk didalam café itu, sedangkan Jungshin memesan minuman. Tiba-tiba mataku tak sengaja melihat wanita wortel sekertaris Kyuhyun oppa itu sedang duduk di café ini juga. Tampak sedang memoleskan make up yang terlihat sudah cukup berlebihan diwajahnya. Aku mencibir melihatnya.

“Kau kenal wanita itu?” tanya Minhyuk yang ikut memperhatikan wanita wortel itu.

Eo, dia sekertaris suamiku yang paling menjijikan!”

“Sepertinya aku pernah melihatnya..” gumam Minhyuk sambil terus memperhatikan wanita itu.

“Kau pernah bertemu dengannya?”

Minhyuk mengangguk. “Rasanya begitu.”

Tepat saat Jungshin datang membawakan pesanan kami, aku tak sengaja kembali melihat sosok yang aku kenal. Pria itu baru saja masuk kedalam café.

Itu Minwoo sunbae!

Saat aku akan melambaikan tangan untuk menyapanya, aku kembali terpaku karena ternyata Minwoo sunbae sedang menghampiri wanita wortel itu. Bahkan Minwoo sunbae duduk semeja dengannya dan tampak akrab membicarakan sesuatu.

“Bukankah itu Minwoo sunbae?” gumam Jungshin yang cukup membuatku tersadar dari keterkejutanku.

“Ah! Sekarang aku mengingatnya, dimana aku melihat wanita itu!”

“Dimana?” tanyaku pada Minhyuk.

“Saat aku menunggumu didepan toilet wanita kemarin malam, waktu kita menonton konser. Aku pergi kesana setelah mendapatkan pesan darimu, dan aku tak sengaja melihat wanita itu melintas keluar dari toilet. Aku yakin benar wanita itulah orangnya! Rambut orange-nya itu benar-benar mencolok!”

 

Aku mematung untuk sesaat.

Mungkinkah wanita wortel itu pelakunya? Lalu hubungan seperti apa sebenarnya yang dimilikinya bersama Minwoo sunbae?

 

***

 

Aku pulang dengan hati tak menentu. Rasanya saat ini mengapa begitu banyak masalah yang menimpaku, aku pusing memikirkannya. Ingin rasanya mengadu pada Kyuhyun oppa tentang kecurigaanku juga tentang teror itu, tapi sepertinya Kyuhyun oppa masih sibuk mengurus pekerjaannya. Belum lagi tentang Sabrina, entah mengapa aku merasa ada sesuatu dengan mereka. Ada hubungan yang dirahasiakan mereka, karena kulihat Kyuhyun oppa begitu memperhatikannya.

Seperti saat ini, kami bertemu didepan pintu apartemen. Kulihat sepertinya Sabrina akan pulang dan Kyuhyun oppa akan mengantarnya. Aku berjalan mendekati mereka, hanya sendiri karena Jungshin dan Minhyuk sudah berpamitan dilantai bawah.

Eoddiya?” tanyaku pada Kyuhyun oppa.

“Sabrina akan pulang dan aku harus mengantarnya.”

Harus? Memangnya wanita ini adalah tanggung jawabnya?

“Kyuhyun terus memaksa untuk mengantarku, padahal aku bisa pulang sendiri.” Aku bisa melihat Sabrina tampak tidak enak padaku, ternyata dia mengerti juga dengan tatapan tidak sukaku.

“Aku yang memintamu datang kemari, tentu saja aku harus mengantarmu pulang.”

Cih, aku seperti sedang menonton adegan drama saja!

“Sebaiknya tidak usah Kyu. Bukankah Yeon Joo sedang sakit? Kurasa dia lebih membutuhkanmu.”

Kyuhyun oppa melirikku sekilas lalu kembali menatap Sabrina. “Aku akan tetap mengantarmu, kajja!”

“Bagaimana jika aku juga meminta oppa untuk tidak pergi?”

“Jangan kekanakan! Aku hanya akan mengatarnya sebentar. Sabrina belum tau arah jalan pulang.”

Kalau begitu untuk apa ada taksi dan GPS? Aku tau ini hanya akal-akalannya untuk berduaan dengan Sabrina! Dasar lelaki! Setidaknya walau ia tidak mencintaiku, bisakah dia menjaga perasaanku sebagai istrinya?

Padahal saat ini aku butuh sekali tempat bersandar, jujur saja aku mulai ketakutan dengan teror itu.

“Masuklah dan kunci pintunya. Jangan membiarkan orang tidak dikenal untuk masuk.”

Aku hanya diam sambil memunggunginya. Sebenarnya saat aku bertengkar dengannya tadi aku sedikit berharap dia akan menyusulku untuk tidak pergi bersama Minhyuk dan Jungshin. Tapi ternyata Kyuhyun oppa membiarkanku dan lebih memilih berduaan dengan Sabrina. Entah apa yang mereka bicarakan saat aku tidak ada.

Bagaimana jika mereka lebih dari sekedar bicara? Awas saja jika aku mendapatkan bukti lebih didalam, aku tidak akan memaafkan mereka berdua.

Dengan kesal aku masuk kedalam apartemen, menuntup pintunya dengan keras didepan wajah mereka. Kubukan hoodie-ku dengan cepat dan melemparnya. Aku sungguh kesal!

Sikap manisnya padaku tadi pagi mungkin tidaklah nyata! Aku mungkin sedang bermimpi karena terlalu nyenyak tidur dan tidak bisa membedakan mana yang nyata dan mana yang tidak nyata.

Aku duduk diatas sofa, memejamkan mataku lelah. Hidupku benar-benar berubah setelah menikah dengannya.

 

Ping!

 

Aku melirik kearah ponselku, satu pesan masuk kesana. Mungkin dari Hyunmi, dia pasti sudah tau keadaanku dari Minhyuk dan Jungshin. Kubuka isi pesan itu dan seketika aku langsung membeku.

Itu bukan pesan dari Hyunmi melainkan pesan dari nomor yang tidak dikenal itu lagi.

 

Pergi atau mati…

Aku tidak bercanda Jung Yeon Joo…

 

Aku menjatuhkan ponselku begitu saja dengan tangan bergetar. Pengirim itu bahkan mengetahui namaku! Awalnya memang aku tidak peduli tapi sekarang rasanya aku tidak boleh menganggap remeh isi pesan itu.

Jelas-jelas isi pesan itu seperti peringatan dan ancaman untukku. Apa yang harus aku lakukan?

Aku mencoba menenangkan diriku, menarik dan menghela nafas berulang-ulang. Lalu aku kembali mengambil ponselku dan mencoba menghubungi nomor itu.

 

‘Maaf nomor yang anda tuju tidak terdaftar – ‘

 

Percuma aku menghubunginya, pelakunya pasti sudah sangat pintar menyembunyikan identitasnya. Kali ini aku benar-benar mulai merasa ketakutan. Apakah setelah ia mengirimkan pesan, ia akan kembali mencelakaiku? Seperti kemarin?

Belum selesai kebingunganku tiba-tiba saja lampu apartemen mati. Aku terjebak dalam kegelapan lagi. Mengapa tiba-tiba lampunya mati? Aku paling takut dengan kegelapan! Dan lagi Kyuhyun oppa tidak ada disini!

Aku tidak boleh berdiam diri disini lagi! Aku harus keluar! Bagaimana jika pelakunya ada didalam apartemen?!

Dengan tubuh gemetar dan hanya mengandalkan tangaku yang meraba dinding untuk menggapai pintu depan, aku dengan tergesa melangkah kan kakiku. Aku kesulitan melihat didalam gelap, bibirku sudah gemetar ketakutan dan aku hampir menangis rasanya.

Akhirnya setelah susah payah mencari keberadaan pintu, aku dengan terburu-buru membukanya. Membukanya dengan tanganku yang sudah dibasahi keringat dingin. Aku takut sekali pintunya tidak bisa dibuka tapi syukurlah aku bisa membukanya.

Setelah berhasil membuka pintu, aku kembali menemukan cahaya lewat lampu yang menerangi lorong apartemen. Lututku rasanya lemas sekali, aku tidak mampu lagi berdiri.

Aku jatuh terduduk dilantai, tanganku masih memegangi dinding untuk menjaga keseimbanganku.

Tadi itu sungguh mencekam, aku bahkan tidak bisa bernafas. Bayangkan saja setelah mendapat pesan ancaman tentang kematian lalu tiba-tiba lampu mati. Semuanya gelap! Bagaimana jika pelakunya tiba-tiba berjalan kearahku didalam gelap itu sambil mengacungkan sebuah pisau?!

Aku tidak bisa membayangkannya lagi!

Dengan sisa-sisa tenaga yang ada aku pergi dari apartemen. Aku harus pergi dari sana. Mencoba berjalan walau kakiku masih gemetar aku merogoh ponselku didalam saku. Sialnya aku baru ingat ponselku tertinggal didalam. Aku menjatuhkannya karena tadi aku cukup terkejut dengan lampu yang tiba-tiba mati.

Aku tidak bisa menghubungi siapapun untuk menolongku saat ini. Sekilas aku mengingat ucapan Minhyuk bahwa aku tidak boleh dalam keadaan sendirian. Itu artinya sekarang aku harus berada disekitar orang atau setidaknya aku meminta security untuk menemaniku sampai Kyuhyun oppa pulang.

Kyuhyun oppa! Aku merutuki dia didalam hatiku. Bisa-bisanya dia meninggalkanku sendirian seperti ini padahal aku yakin dia tau isi pesan teror itu. Dia lebih mementingkan Sabrina daripada aku.

Aku mencoba menahan tangisanku yang mencekat ditenggorokan. Aku tidak boleh menangis! Aku tidak boleh takut!

 

Aku terus berdoa didalam hati dan berharap memiliki cukup kekuatan untuk berjalan sampai meja security.

 

***

 

“Saya tidak tau mengapa tiba-tiba nona Cho menghampiri meja saya begitu saja. Dia turun dari atas dengan wajah penuh air mata. Ketika saya menanyakan apa yang terjadi, dia tidak menjawabnya Tuan. Dia hanya diam dan tubuhnya terlihat gemetar. Sudah satu jam dia dalam posisi seperti itu terus, saya tidak bisa membantunya karena dia tidak mau bicara.”

Samar-samar aku mendengar suara Jang ahjussi, security apartemen ini bicara dengan seseorang. Aku tidak tau dia bicara dengan siapa karena sejak tadi aku hanya duduk diam, memeluk kakiku dan menenggelamkan kepalaku diantara lutut.

Udara cukup dingin sekali disini, terlebih aku telah melepas hoodie-ku diapartemen dan meninggalkannya disana. Belum lagi aku baru sadar bahwa aku tidak memakai alas kaki.

Kugerakan kaki telanjangku untuk mendapat kehangatan, tanganku juga semakin erat memeluk kakiku. Aku terlalu takut menceritakan pada Jang ahjusshi tentang keadaan diapartemen. Jadi aku hanya diam sambil menahan tangisanku. Aku benci sekali menangis didepan orang lain.

“Apakah terjadi sesuatu diapartemen setelah kepergian saya?” itu suara Kyuhyun oppa.

“Tidak ada tuan.”

“Pemadaman listrik misalnya? Istri saya cukup takut dengan kegelapan.”

“Untuk saat ini saya belum menerima laporan apapun.”

“Baiklah. Terima kasih sudah menjaganya.”

Aku mendengar suara derap langkah kaki yang mendekatiku. Itu pasti Kyuhyun oppa. Dia mengapa lama sekali datangnya? Ini sudah satu jam berlalu dan dia baru kembali. Apa saja yang dia lakukan dengan Sabrina? Apa rumahnya sejauh itu?

“Yeon Joo-ya?”

Kurasakan sentuhan ditanganku, tapi aku tetap bergeming. Terus menundukan kepalaku.

“Yeon Joo-ya ada apa? Ini oppa. Mengapa kau seperti ini? cerita padaku, hum?”

Aku menggelengkan kepalaku. Tidak mau menjawab pertanyaannya.

“Sebaiknya kita kembali ke apartemen. Disini dingin sekali, kau bisa sakit. Kita bicarakan hal ini nanti eoh?”

Kyuhyun oppa menarik tanganku untuk bangun dari posisiku. Aku mendongak menatapnya dengan wajah yang basah karena air mata. Tetap menggelengkan kepalaku keras.

“Jangan keras kepala! Disini dingin! Kita harus pulang!”

Aku kembali menggelengkan kepalaku. Menatapnya dengan tatapan ketakutan.

“Yeon Joo-ya!”

“AKU TIDAK MAU!!!”

Akhirnya tangisanku pun pecah. Aku tidak bisa menahannya lagi.

“Aku tidak mau kembali lagi kesana. Aku tidak mau… disana menakutkan! Bawa aku pergi oppa. Rasanya seluruh tubuhku bergetar..”

Kyuhyun oppa bersimpuh dihadapanku, menatapku dengan cemas. Ia membingkai wajahku dengan kedua tangannya, menghapus air mataku yang masih terus mengalir.

“Ada apa sebenarnya? Ceritakan padaku.”

“Jika aku menceritakannya, bisakah oppa menghentikan orang itu? bisakah kau tidak pergi meninggalkanku sendirian? Mengapa kau membiarkanku sendirian dan lebih memilih menemani wanita itu? aku lebih membutuhkanmu..” aku masih terus menangis. Dadaku sesak sekali karena sedari tadi terus menahan tangisanku.

Dua kali aku mengalami teror dan dua kali aku terjebak dalam tempat yang gelap. Aku takut sekali dengan tempat gelap.

Saat ini aku benar-benar membutuhkan seseorang untuk bersandar.

“Araseo.. maafkan aku. Aku berjanji ini tidak akan terulang lagi.” Dia membawaku kedalam pelukannya, mencoba menenangkanku.

“Malam ini aku tidak mau pulang kesana. Aku mau ibuku. Bawa aku pulang kerumah ayah dan ibuku, oppa.”

“Baiklah kita pulang kesana. Berhentilah menangis dan tenangkan dirimu. Sekarang aku sudah bersamamu.”

Dia mencoba membantuku berdiri tapi karena terlalu lemas dan udara yang dingin membuatku tak sanggup untuk berdiri. Aku meluruh lagi kelantai, jika Kyuhyun oppa tidak memegangku mungkin aku sudah terjatuh.

“Kau tidak bisa berdiri?”

Aku menggelengkan kepalaku lemah. Tertunduk dengan nafas yang tersendat. Aku tau kondisiku belum pulih benar dan aku justru keluar dengan hanya memakai pakaian tipis seperti ini.

Kyuhyun membuka mantelnya dan memakaikannya padaku, kemudian ia menggendongku didepan dadanya. Membawaku menuju mobilnya untuk pulang kerumah orang tuaku.

Dia tidak bicara lagi dan aku memilih untuk memejamkan mataku. Ketakutanku itu benar-benar membuatku lelah.

 

***

 

Sesampainya dirumah orang tuaku, ibuku menyambut kami dengan baik. Dia cukup cemas dengan keadaanku yang terlihat pucat. Ketika ibuku bertanya, aku hanya bisa tersenyum lemah padanya dan mengatakan aku baik-baik saja. Aku pulang hanya karena merindukan ibuku. Aku tidak mau menceritakan semua kejadian yang menimpaku akhir-akhir ini, dia pasti akan cemas jika mengetahuinya. Ibuku memiliki riwayat penyakit jantung. Setelah Yeon Mi eonni meninggal kami semua terus menjaga kesehatan ibu agar tidak drop lagi setelah ditinggalkan eonni.

Itulah salah satu alasan aku menerima pernikahan yang ibuku inginkan ini. Dan kali ini pun biarkan dia tidak tau dan berpikir bahwa selama ini hidupku baik-baik saja.

“Aku hanya merindukan ibu..” ucapku lemah lalu memeluknya dengan hangat. Walau sejujurnya aku ingin sekali menangis dipelukannya.

“Kalau begitu istirahatlah dikamar, naiklah keatas. Kau juga Kyuhyun..”

“Ne eomonim..”

Aku juga meminta Kyuhyun oppa untuk tidak memberitahu ibu tentang apa yang kualami akhir-akhir ini.

Kami naik keatas. Untung saja aku sudah bisa menggerakan kakiku, sehingga bisa berjalan lagi. Tubuhku juga sudah lumayan hangat. Setidaknya aku tidak akan merasa takut ditempat ini. Ini rumahku sejak kecil, tempat paling aman dimana aku berlindung.

Gwenchana?” Kyuhyun oppa membantuku duduk diatas tempat tidur setelah kami masuk kedalam kamarku dulu. Aku bisa melihat kekhawatiran didalam matanya saat menatapku.

Aku hanya diam dengan mata sayu.

“Kau tidak mau mengatakannya padaku?”

Aku menghela nafas. “Nanti saja oppa. Kumohon nanti. Saat ini aku sudah sangat lelah..”

Dia menganggukan kepalanya mengerti lalu meraih kepalaku, menyandarkannya didada.

“Maafkan aku. Maaf karena meninggalkanmu sendirian dan maaf untuk keegoisanku.”

Aku memejamkan mataku, menikmati suara detak jantungnya yang anehnya terdengar lebih cepat.

“Sekarang tidurlah, kau pasti lelah.”

Aku mendongak padanya. “Oppa tidak akan meninggalkanku kan?”

“Aku akan tidur bersamamu.”

 

***

 

“Kau yakin akan pergi kuliah? Bagaimana kondisimu?”

“Aku sudah lebih baik.”

Saat ini aku dalam perjalanan menuju kampus. Terlalu lama dirumah hanya akan membuatku semakin stress memikirkan pesan teror itu. jadi sebaiknya aku pergi kuliah dan berbaur besama sahabat-sahabatku yang selalu bisa menghiburku.

“Mau makan siang bersama?”

Aku melirik pada Kyuhyun oppa dengan tatapan aneh. Tumben sekali dia mengajaku makan siang bersama?

“Kau pulang jam berapa, aku akan menjemputmu.”

“Jam 11 siang nanti.”

“Bagus. Kita sekalian makan siang bersama saja.”

Dia mungkin kasihan dengan keadaanku semalam yang terlihat menyedihkan. Bertahun-tahun kami saling mengenal tapi aku jarang sekali menangis dihadapannya, kemarin mungkin pertama kali ia melihatku menangis sehebat itu hanya kerana lampu yang mati.

“Setelah makan siang nanti kau harus dan wajib menceritakan apa yang terjadi kemarin. Semuanya!”

Ahh.. ternyata ini alasannya mengajakku makan siang bersama. Aku memang belum menceritakan apapun padanya, rasanya belum siap saja. Dia biasanya akan memperketat pengawasanya padaku, walaupun itu untuk kebaikanku tapi rasanya aku tidak nyaman.

“Araseo.. akan kuceritakan pada oppa nanti. Tapi bisakah aku meminta sesuatu?”

“Apa?”

“Bisakah oppa membelikanku ponsel baru?”

“Memangnya ponselmu kemana?”

“Nanti akan kuceritakan, pokoknya oppa harus membelikanku ponsel baru.”

Dia menatapku dengan kening berkerut. “Baiklah. Ponsel baru. Lalu apa lagi?”

Aku tersenyum malu-malu padanya dengan pikiranku yang tiba-tiba melintas.

“Cium?”

Dia menatapku dengan horror. Memangnya salah jika aku meminta sebuah ciuman pada suamiku sendiri? Dia membuatku malu dengan reaksinya itu.

“Sudah sampai.” Ucapnya dingin tak lagi menatapku.

Aku menatapnya dengan kesal.

“Kenapa tanggapan oppa dingin seperti itu? aku hanya meminta ciuman selamat pagi. Setidaknya aku benar karena meminta, tidak seperti seseorang yang seenaknya saja mencuri ciuman ketika aku tidur!” ucapku, sengaja menyindirnya dengan ulahnya kemarin itu yang seenaknya mencium-ciumku.

Aku sebenarnya hampir tertawa melihat ekspresi wajahnya yang cukup terkejut. Dia bahkan sampai melonggarkan dasinya. Dia pasti tidak menyangka bahwa aku menyadari ciumannya itu. Dengan menahan tawa aku cepat-cepat keluar dari mobil, meninggalkannya yang kini tengah memalingkan wajahnya dariku.

 

Aigoo.. suamiku ternyata pemalu sekali.

 

***

 

Sambil menunggu mata kuliah yang kedua dimulai, aku dan ketiga sahabatku memilih untuk menghabiskan waktu dikantin. Rasanya haus sekali dan aku ingin minum segelas jus untuk meredakannya.

“Ya! Mengapa sejak semalam kau tidak mengangkat ponselmu Yeon? Tadi pagi bahkan aku menunggu didepan apartemenmu, aku takut kau akan ikut berangkat kuliah bersama. Tapi nyatanya kau malah tidak muncl-muncul.”

Mianhae Jungshin-ah, aku menginap dirumah orang tuaku.”

Wae?”

“Sebenarnya, aku… mendapat pesan teror itu lagi semalam.”

“Pesan teror?” Hyunmi menatapku dengan tatapan bertanya. Sepertinya dia belum tau tentang itu. Aku pun dengan perlahan menceritakan kejadian semalam pada teman-temanku, bagaimana dengan ketakutanku dan kepindahan mendadak kerumah orang tuaku.

“Ini tidak bisa dibiarkan berlarut-larut. Kau bisa saja celaka.” Ucap Minhyuk.

Hyunmi memeluk bahuku dengan sebelah tangannya, mencoba memberikanku kekuatan.

“Sekarang apa yang akan kau lakukan Yeon?” tanya Hyunmi, aku menngelengkan kepalaku dan menyandarkannya dibahu Hyunmi.

“Mungkin aku harus meminta Kyuhyun oppa untuk mencari pelakunya. Aku akan berlindung padanya. saat ini hanya dia harapanku.”

“Kami akan mendukung apapun keputusanmu Yeon. Semangatlah! Semuanya pasti akan baik-baik saja.”

Gomawo Jungshin-ah.”

“Ahh.. aku punya sesuatu untuk kalian.” Tiba-tiba Hyunmi mengeluarkan sesuatu didalam tasnya dan kemudian memberikannya untuk kami satu persatu.

“Itu untuk kalian. Buah tangan dari liburanku ke Incheon kemarin.” ucapnya dengan senyuman.

“Wahh kau pantai incheon ya?” tanya Minhyuk sambil meneliti sebuah kaos yang bertuliskan Incheon Beach berwarna hitam. Jungshin mendapatkan kaos yang sama hanya warnanya saja yang berbeda, dia mendapatkan kaos berwarna putih.

Sedangkan aku mendapatkan topi pantai yang cantik sekali. Aku tersenyum menatap topi itu. Aku menyukainya.

“Aku hanya makan di restoran yang dekat dengan pantai Incheon. Udaranya begitu dingin kemarin jadi aku hanya berjalan-jalan disekitar pantai.”

“Gomawo Hyunmi-ya ini cantik sekali.” Aku memeluk sahabatku dengan senyuman. Hyunmi membalas pelukanku juga.

“Semoga hadiahnya bisa menghiburmu Yeon. Mian.. kemarin aku tidak bisa menjengukmu.”

“Tidak apa-apa.”

Aku bersyukur sekali memiliki teman-teman yang perhatian seperti mereka. Ini cukup menghiburku. Terlebih jika mengingat nanti aku akan pergi makan siang berdua dengan Kyuhyun oppa. Sepertinya suamiku sedang menghiburku, mencoba membantuku melupakan kejadian semalam.

Apa aku harus memberikan sesuatu untuknya juga? Seperti yang ia berikan padaku nanti? Hadiah yang bisa menghilangkan kepenatannya?

Tapi apa?

Aku jadi teringat perkataan ibu, bahwa hadiah yang paling disukai oleh seorang suami adalah hubungan suami istri diatas ranjang.

Tiba-tiba saja aku merasakan wajahku telah memanas. Malu membayangkannya. Karena memang selama ini aku dan Kyuhyun oppa belum pernah melakukannya.

“Mengapa wajahmu memerah Yeon? Kau kedinginan?” Minhyuk melepaskan syal yang dikenakannya lalu memakaikan pada leherku.

“Terima kasih, aku tidak apa-apa.”

Mereka pasti akan menggodaku jika tau apa yang aku pikirkan tadi.

“Sebaiknya kita pergi. Mata kuliah kedua kita akan segera dimulai, aku takut professor Lee sudah datang kekelas.”

Kami semua beranjak dari kantin, bersama-sama berjalan menuju kelas.

“Ahh.. kalian duluan saja ya, aku harus menaruh topi hadiah Hyuni ini diloker. Repot sekali jika aku membawanya kekelas.”

Minhyuk menatapku cemas. “Mau kuantar?”

Aku menggeleng. “Tidak perlu, lokernya kan tidak jauh. Lagipula keadaan kampus terlihat ramai.” Tolakku halus.

“Baiklah kalau begitu. Kami duluan.”

Aku mengangguk pada mereka, lalu berjalan menuju lokerku yang tidak jauh dari sana. Sesekali aku mengangguk menanggapi sapaan dari beberapa hoobae dan teman-temanku.

Sambil berjalan menuju loker, aku merogoh kunci loker yang ada didalam tasku. Keningku menggernyit bingung saat mendapati lokerku terbuka sedikit bahkan sebelum aku membukanya dengan kunci. Lokerku tidak dalam keadaan terkunci seperti yang kutinggalkan saat terakhir kali.

Padahal jelas-jelas kuncinya ada padaku. Mengapa bisa terbuka? Siapa yang membukanya?

Dengan hati berdebar aku mencoba membuka pintu lokerku lebih lebar lagi.

Mataku terbelalak seketika mendapati isi lokerku yang terlihat mengerikan. Kakiku mulai gemetar, mundur perlahan menjauhi loker yang terbuka itu.

Bagaimana bisa didalam lokerku itu ada banyak sekali bangkai tikus yang dipenuhi banyak darah? Belum lagi tulisan ancaman yang ada disana. Tertulis menggunakan darah. Terlihat menjijikan dan mengerikan.

 

Pergi atau mati.

 

Kakiku lemas. Aku jatuh terduduk dilantai dengan nafas yang tercekat. Seorang gadis mengampiriku, dia adalah teman sekelasku juga. Dia mungkin khawatir melihatku yang tiba-tiba saja jatuh meluruh kelantai.

Dia menatapku kebingungan hingga tatapannya jatuh pada lokerku yang masih dalam keadaan terbuka.

 

“AAAARRGGGGHHHHH!!!”

 

.

.

TBC

.

.

Hayooo ada yang tau ga kira-kira siapa sebenernya yang udah teror Yeon Joo?

Masih penasarankah? Tunggu aja beberapa chapter nanti pasti akan ketauan. hihihi 😀

Kemarin banyak yang komen tentang perasaan Kyu kenapa bisa berubah-ubah gitu? Sebaiknya tanya sendiri aja sama Kyuhyun nya langsung. Kan dia yang ngerasain wkwkwkwk 😀 😀

Ayo mana suaranya buat FF ini! lanjut atau gak nya ada disuara kalian.

Ditunggu komennya. Gamsahanida *bow 🙂

505 komentar di “{Part 2} Unbroken Love

  1. aku mulai curiga kalau sebenarnya kyuhyun itu cinta sama yeon joo, waktu dia nikah sama kakanya yeon joo itu mungkin karna terpaksa karna ada sesuatu itu sh dari pemikiranku, terus juga ibunya kyuhyun itu kan sukanya sama yeon joo bukan sama kakanya yeon joo. hehehehe tapi semoga aja cinta yeon joo gk bertepuk sebelah tangan beneran, buktinya kyuhyun kisseu yeon joo diam” hahahaha penasaran sama ekspresi terkejutnya. tapi lebih curiga lagi kalau yg neror yeon joo itu adalah sunbae yg suka sama yeon joo itu… okey next baca storynya

  2. Hmmm bikin penasaran nih ceritanya. Sebenrnya kyuhyun gmn sih perasaannya ke yeon, trus siapa ya yg neror dia

Tinggalkan komentar